Rumahku adalah Syurgaku

Keluargaku adalah sumber inspirasiku
Keluarga adalah tauladan yang pertama aku kenal
Keluarga adalah filter bagi kehidupanku

Sangat terasa ketika menjadi seorang musyafir yang merantau di luar kota untuk tolabul ilmi. Di sinilah kedewasaan, kemandirian, serta iman taqwa diuji. Apa lagi di kota yang jauh dengan keluarga begitu banyak pengaruh dan noise – noise yang harus di lawan ketika tidak sesuai dengan nurani. Memang berat kalo kita anggap berat, tapi akan terasa berkurang beban kita, ketika kita mengingat Allah dan Rasulullah.

Tapi do’a keluarga bagiku adalah filter utama baru kemudian motivasi keluarga. Yaps, meskipun pantauan tidak selalu ada untukq dari keluarga, yang pasti pantauan dari Allah Ta’ala Yang Maha Detail dalam melihat segala sesuatu. Sering kali down diri ini, barang kali karena gejolak remaja yang masih ada serta pencarian jati diri, itu semua ternyata bisa ter-counter dari do’a dan motivasi dari keluarga.

Apabila diperantuan dituntut untuk benar – benar berfikir sendiri dan hidup mandiri dengan segala konsekuensi yang ada, berbeda sekali jika berada dirumah. Dengan fasilitas yang ada, dengan nasihat secara langsung dari kedua orang tua bahkan dua orang adik, meskipun mereka sebagai seorang adik tidak secara langsung memberi nasihat, akan tetapi dengan tindakan yang ditunjukan kepadaku.

Keluarga adalah pesantren terbaik yang ada
Bagaimana tidak, di rumah seakan menjadi ajang perlombaan kebaikan, meskipun terkadang ada hal – hal yang membumbui kebaikan tersebut.
Subkhanallah bacaan Al- Asma’ul Husna dan ngaji yang dilakukan setiap ba’da magrib pun mewarnai indahnya keluarga, begitu terasa hangat, sejuk dan menentramkan. Kesan pesantren yang terkadang di benak sebagian orang yaitu menakutkan, mempunyai peraturan yang ketat, seakan tidak terjadi di pesantrenq.
Bagiku kesan yang sering q rasakan adalah satu ngangeni, selalu ada alasan untuk pulang karena selain perbaikan iman, juga merupakan perbaikan gizi bagiku sebagai anak kost

 
coba text berjalan